Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Laman

Kamis, 27 Mei 2010

I love you so

Kamis, 27 Mei 2010
0 komentar
And I love you so
the people ask me how
i tell them i dont know
i guess they understand
How lonely life can be
but my life begin again
in the day you took my heart
And yes i know
how lonely life can be
the shadow come on me
the night won't set me free
but i dont let
the evening get me down
now that you around me
And when you love me too
you though are just for me
you set my spirit free
i am happy that you do
I believe this story is real
story about our love,,, you and me

only you can make this world seem right
only you can make the darkness bright
only you and i always you
can thrill me like you do
and fill my with love for only you
only you can make this change in me
for it is true you are my destiny
when you hold my hand i understnd
the magic that you do
you are my dream come true
my one and only you

read more

Konduksi NeuraldanTransmisi Sinapsis

0 komentar

Konduksi NeuraldanTransmisi Sinapsis

A. Potensial Membran Neuron

B. Potensial Generator Neuron

C. Transmisi Sinapsis: Transmisi Kimia Berdasarkan Sinyal-sinyal dari Neuron yang Satu

ke Neuron yang Lain

1. Struktur Sinapsis

2. Mekanisme Transmisi Sinapsis

a. Small-molecule Neurotransmitter

b. Large-molecule Neurotransmitter

D. Neurotransmitter

E. Pengaruh Obat-obatan Terhadap Transmisi Sinapsis

1. Mekanisme Efek Obat-obatan Agonistik

2. Mekanisme Efek Obat-obatan Antagonistik

3. Beberapa Contoh Efek Agonistik dan Antagonistik

F. Perbedaan Konduksi Neural dan Trasmisi Sinapsis

Neuron berkc)Jnunikasi melalui aktivitaseltiktrik (dengah bantuan iQmionpositij dan

negatij yang terkal1dung di dalam dan di lUilr membrart sel) sertarnelalui aktivitas

kirniawi (dengan bantuah subsJ(lnsi neurQir4hsmitter). Dalam bab ini ak(lft dibahas

mengenai bagail11ahan~UrQhyang $atudengilfl neuron yang laih dflj3atberkQmunik(lsi

dan menjalankanjLifrgsinY4 dalam sistel11$amjmanusiCl;

27

Kunci dalam mempelajari fungsi saraf adalah dengan memahamipotensial membran sel.

Perbedaan potensiallistrik (potensial aksi) yang muncul di bagian dalam membran dan di

bagian luar membran akan menyebabkan stimulus yang diterima oleh saraf sensoris akan

diteruskan ke sel saraf yang lain dan diterjemahkan dalam suatu perilaku.

A. POTENS/AL MEMBRAN NEURON

Untuk memahami bagaimana munculnya potensial aksi, kita harus lebih dahulu memahami

penyebab munculnya potensial membran neuron. Potensial membran muncul karena adanya

dua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu kekuatan yang muncul dari peristiwadifusi dan

kekuatan dari tekanan elektrostatis

1) DIFUSI

Peristiwa difusi dapat kita pahami melalui percobaan berikut; bila kita memasukkan

sesendok gula dalam segelas air, tanpa mengaduknya, maka dalam beberapa waktu gula akan

larut tetapi tetap akan berada dekat dengan dasar gelas. Bila larutan tersebut kita diamkan

untuk beberapa hari, maka molekul-molekul gula dalam larutan tersebut akan tersebar merata

dalam cairan meskipun tidak ada yang mengaduknya.

Dalam kondisi normal (tidak ada hambatan dalam peristiwa difusi), molekul-molekul

akan berdifusi dari bagian yang memiliki konsentrasi tinggi ke bagian yang memiliki

konsentrasi rendah.

.,t.; .

..~..::~....

~ '-;. .~ :..: ~-:::? .:.:.:.~~...

\o.4J:-.~~\.. . ..;t:~~t}'r;.I>.::'

Peristi wa Difusi menekan molekul gula dari

da6rah yang memiliki konsentrasi tinggi ke

daerah yang memiliki konsentrasi rendah

Gambar 3.1. Peristiwa Difusi. Kekuatan difusi menggerakkan molekul gula ke seluruh

bagian gelas dari bagian konsentrasi tinggi ke bagian konsentrasi rendah

(Carlson, 1992)

28

2) TEKANAN ELEKTROSTATIS

Bila kita mencairkan suatu substansi elektrolit dalam air, maka substansi tersebut akan

berpecah menjadi molekul-molekul (ion) yang mengandung muatan listrik yang saling

berlawanan. Ion positif disebut dengan cations dan ion negatif disebut dengan anions (untuk

memudahkan dalam mengingat, makaanions bisa diasosiasikan dengan asosial, asusila yang

berarti tidak, sehingga mengingatkan kita pada hal-hal yang negatif).

Partikel dengan muatan-muatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak, sedangkan

partikel dengan muatan-muatan listrik yang berlawanan akan saling tarik menarik (lihat

gambar 3.2.). Tarikan yang berulang-ulang antara cations dan anions ini disebut dengan

tekanan elektrostatis.

Seperti halnya peristiwa difusi yang menggerakkan molekul dari konsentrasi yang tinggi

ke konsentrasi rendah, maka tekanan elektrostatis akan memindahkan cations dari daerah

yang berlebihan ion positif dan memindahkan anions dari daerah yang berlebihan ion negatif.

(C) I ANIONS 1 " ..- I ANIONS I

Gambar 3.2. (A) Gaya tarik antara cations dan anions; (B) gaya penolakan antara

cations dan cations; (C) gaya penolakan antara anions dan anions

Berdasarkan pengetahuan tentang difusi dan tekanan elektrostatis di atas, maka akan

dimulai usaha untuk memahami potensiallistrik yang dimiliki oleh membran sel saraf yang

berasal dari cairan kimia pembawa ion-ion positif dan ion-ion negatif.

Membran sel dikelilingi oleh ion-ion listrik yang ditimbulkan oleh cairan-cairan kimia

disekitarnya. Cairan bagian dalam membran (intracellular fluid) terdiri dari:

Ion Natrium (sodium), pembawa muatan positif (Na+) · Ion Kalium (potassium), pembawa muatan positif (K+)

· Ion Klorida, pembawa muatan negatif (Cl-) · Ion Protein/Organik, pembawa muatan negatif (An-)

29

Sedangkan cairan bagian luar membran (extracellular fluid) terdiri dari: · 1011Natrium (sodium), p~mbawa muatan positif (Na+) · Ion Kalium (potassium), pembawa muatan positif (K+) · Ion Klorida, pembawa muatan negatif (Cl-)

Ion protein tidak terdapat di bagian luar membran karena partikelnya terlalu besar untuk

dapat melalui membran sel yang sifatnya semipermeable.

Membran potensial dihasilkan oleh keseimbangan antara difusi ion-ion positif dan

negatif, oleh karena itu kita pelu memahami konsentrasi ion-ion yang terdapat dalam

intracellular fluid maupun extracellular fluid.

Bila tidak ada stimulus yang diterima oleh saraf (membran berada dalam kondisi

tenang), ion K+yang berada di dalam membran sel memiliki konsentrasi lebih tinggi, yaitu

30x jumlah ion K+yang berada di luar membran. Konsentrasi ion protein (An-) juga lebih

tinggi konsentrasinya di dalam membran sel. Dalam kondisi tenang tersebut, bagian luar sel

memiliki konsentrasi ion Cl- dan Na+ yang lebih tinggi, untuk ion Na+konsentrasinya lOx

lebih besar daripada jumlah ion Na+ yang berada di dalam membran sel.

Dalam kondisi tenang, terdapat perbedaan potensial sebesar -70 mV (milivolt), hal

tersebut menunjukkan bahwa potensiallistrik di dalam membran lebih rendah sekitar 70m V

daripada potensial listrik di luar membran. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam

kondisi tenang, muatan positif memenuhi bagian luar membran sel, dan muatan negatif

memenuhi bagian dalam sel dengan kekuatan yang sarna besar sehingga tidak terjadi

perbedaan potensial (neuron berada dalam kondisipolarisasi). Lihat Gambar 3.3.

Aliranarus

1 -+ +

Cl-

+++ *.~t

Cl-

Gambar 3.3. Membran Potensial da/am Kondisi Tenang (Noback, 1978)

Ion protein partikelnya terlalu besar untuk dapat melalui membran sel, sehingga ia akan

selalu tetap berada di dalam membran. Ion K+ terkonsentrasi di dalam Inembran tetapi

peristiwa difusi mendorongnya keluar (ke bagian yang konsentrasinya lebih rendah), tetapi

bagian luar membran bermuatan positif (Iihat Gambar 3.3. di atas), sehingga terjadi

penolakan terhadap difusi ion K+keluar membran, dengan kata lain tekanan elektrostatis

menahan ion K+untuk berdifusi keluar membran.

30

Ion klorida (Cn terkonsentrasi di bagian luar membran. Peristiwa difusi menekan ion Cluntuk

masuk ke dalam membran yang memiliki konsentrasi Cl- lebih rendah. tetapi bagian

dalam membran bermuatan negatif (lihat Gambar 3.3. di atas), sehingga ada tekanan

elektrostatis yang menahan ion Cl- untuk berdifusi ke dalam membran. Sehingga ada dua

kekuatan sarna besar yang saling menyeimbangkan.

Ion natrium (Na+)juga banyak terkonsentrasi di bagian luar membran, iajuga terpengaruh

oleh peristiwa difusi, tetapi tidak seperti Cl-, Na+ tidak mampu ditahan oleh tekanan

elektrostatis karena bagian dalam sel yang bermuatan negatif akan saling tarik menarik

dengan ion natrium yang positif. Bila Na+ mampu untuk berdifusi ke dalam membran dan

terdorong untuk masuk ke dalam membran karena tekanan elektrostatis, lalu mengapa

konsentrasi Na+ di luar membran tetap lebih tinggi?

Penjelasan dapat dilakukan melalui peristiwapemompaan sodium-potassium. Peristiwa

pemompaan sodium potassium dimulai dari dinding membran yang pemiable terhadap Na+.

Tetapi pada saat yang sarna, kekuatan dari pemompaan sodium-potassium akan memompa Na+

keluar dan menukar Na+yang keluar dengan K+yang masuk dengan perbandingan 3 banding

2. Yaitu setiap 3 ion sodium (Na+) yang keluar akan ditukar dengan 2 ion pottasium (K+)yang

masuk. Peristiwa tersebut akan menjaga keseimbangan konsentrasi ion Na+tetap lebih tinggi

dibagian luar daripada di bagian dalam, dan konsentrasi ion K+lebih tinggi di bagian dalam

daripada di bagian luar. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 3.4. di bawah ini

Gambar 3.4. Efek dari Peristiwa Pemompaan Sodium - Potassium (Carlson, 1992)

B. POTENSIAL GENERATOR NEURON

Pada peristiwa pemompaan sodium-potassium, membran sel tetap menjaga permebailitasnya

meskipun Na+dan K+dapat melaluinya. Apa yang akan terjadi apabila terdapat suatu keadaan

dimana membran menjadi sangat mudah dilalui Na+? Kekuataan elektrostatis dan dorongan

difusi akan mendorong Na+masuk ke dalam membran, otomatis keseimbangan ion positif di

31

--- ---

luar membran dan negatif di dalammembran akan terganggu dan kondisi potensial membran

akan berubah menjadi potensial generator (memiliki tenaga pembangkit/generator untuk

meneruskan impuls).

Pada peristiwa potensial generator, ion Na+ yang masuk ke dalam membran akan

mengurangijumlah ion positif di luar membran dan menambahjumlah ion positif di dalam

membran, akibatnya bagian luar membran akan bermuatan negatif (karena ion Na+yang

masuk sangat banyak) dan bagian dalam membran akan bermuatan positif. Oleh karena itu

bagian sarafyang mengalami potensial generator (tempat impuls timbul) akan bermuatan

negatif.

Dalam kondisi potensial generator tersebut, potensiallistrik di dalam membran yang

semula sebesar-70mVberubah menjadi+50mV. Ambangperbedaan potensial antara bagian

dalam membran dan luar membran yang mampu menimbulkan nilai lucutan aliran aksi

adalah kurang dari - 5,5mV. Berkurangnya perbedaan potensial antara di luar membran dan

di dalam membran disebut dengan peristiwa depolarisasi.

Setelah mencapai ambang batas, membran yang semula sangat permiable akan kembali

pada kondisi semula, dimana ia akan sangat selektif terhadap Na+yang akan masuk tetapi

agak lebih longgar terhadap K+yang keluar dan Cl- yang masuk sehingga akan tercapai

kondisi membran tenang, dimana bagian luar membran bermuatan positif dan bagian dalam

membran bermuatan negatif. Kondisi ini akan tercapai dalam waktu 1 sampai 2 milidetik

setelah terjadi potensial generator dan disebut dengan peri ode refrakter mutlak (absolute

refractory period). Pada periode ini stimulasi yang sebesar apapun tak akan mampu

menimbulkan potensial generator.

Periode refrakter mutlak akan diikuti oleh peri ode refrakter relatif (relative refractory

period), yaitu keadaan dimana serabut saraf dapat kembali distimulasi tetapi hanya dengan

stimulasi yang yang lebih tinggi dari tingkat stimulasi normal yang mampu menimbulkan

impuls (lebih besar dari nilai ambang axon).

Periode refrakter memegang peranan penting dalam karakteristik aktivitas neuron,

yangpertama adalah peranannyadalam aliran aksi. Adanya periode refraktermenyebabkan

aliran aksi hanya dapat berlangsung searah karena bagian yang ditinggalkan (dalam

kondisi refrakter mutlak) tidak dapat distimulasi kembali, kecuali bila terjadi hal-hal yang

luar biasa. Kedua, peranan periode refrakter adalah dalam laju/kecepatan aliran aksi.

lntensitas stimulasi yang besar akan menambah laju aliran karena setelah periode refrakter

mutlak terjadi, aliran dapat tetap diteruskan pada periode refrakter relatif. Tetapi intensitas

stimulus yang rendah baru dapat diteruskan apabila periode refrakter mutlak dan periode

refrakter relatif sudah tercapai.

Potensial aksi akan mengalirkan aliran aksi (aliran listrik) yang dapat meneruskan

impuls yang diterima oleh bagian saraf tersebut ke bagian saraf yang lain dan sifatnya

irreversible (tidak dapat berbalik arah), kecuali dalam kondisi tidak normal (lihat gambar

3.5).

32

SUMBER STIMULUS

~ ~ - - --

.

Pada bagian ini muatan (-)

diluar membran bertambah

karena Na+ banyak yang

masuk dan K+ yang keluar

terhambat oleh permeabilitas

membran yang tidak berada

dalam kondisi normal akibat

adanya stimulus

A

+ + + + + + + + + + + + + + + +

B

arah aUran aksi

Tempat stimulus timbul

(sumber stimulus) bermuatan

negatif sehingga

muatan positif di tempat ini

ber):1indah. dan akhirnya di

A kebanyakan muatan negatiL

Untuk menseimbangkannya.

muatanpositif

di B berpindah ke A

Gambar 3.5. Aliran Aksi

Muatan (+) B banyak pindah

ke A, sehingga B kelebihan

muatan (-). Oleh karena itu

muatan positif disebelah B

pindah ke B. dan seterusnya.

Seperti dikatakan tadi, aliran aksi sifatnya searah, kecuali terdapat kondisi khusus. Oleh

karena itu aliran aksi atau potensial aksi ini terdiri dad 2 macam aliran (lihat Gambar 3.8), yaitu:

1. Aliran Bifasis, yaitu terjadinya dua aliran yang arahnya saling bertentangan

2. Aliran Monofasis, hanya terjadi satu arah aliran.

(B)

+ + + + + +

A B

.

arah aUran aksi

Gambar 3.6. (A) Aliran Bifasis; (B) Aliran Monofasis

33

SUMBER STIMULUS

rusak

------ + + + + + + +

(A)

++++++ A "'-/- B

./ /' "-

"-

./

------ +++++++ +++++++

Padaserabut saraf yang diselubungi oleh myelin, impuls hanya dapat timbul di Nodes

of Ranvier sehingga alirannya terjadi secara meloncat-Ioncat (saltatoris). Kondisi tersebut

menyebabkan hantaran impuls berlangsung lebih cepat lagi.

Kecepatan hantaran sebanding dengan tebal axon. Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin tebal axon, semakin cepat impuls dihantarkan.

Pad a saat terjadi stimulus, neuron umumnya mengeluarkan cairan kimia yang disebut

dengan neurotransmitter yang berdifusi disekitar celah-celah sinapsis dan berinteraksi

dengan molekul reseptordi membran sel tujuan. Pengaruh neurotransmitter akan menimbulkan

dua macam peristiwa tergantung dari struktur neurotransmitter dan reseptor penerimanya.

Peristiwa tersebut adalah:

a) Depolarisasi, yaitu potensial membran menurun (contohnya dari -70mV menjadi -

67mV), sarna seperti peristiwa depolarisasi di atas yang menimbulkan potensial aksi.

Dalam peristiwa dt'?polarisasi ini, axon beradadalam periode supernormal (nilai ambang

turun sehingga stimulasi yang tidak begitu kuat dapat menimbulkan impuls). Kondisi ini

disebut dengan Potensial Susulan Negatif (negative after potential/excitatory postsynaptic

potentials). Lihat gambar 3.7.

- 65

-70

Milidetik

Stimulus

Gambar 3.7. Depolarisasi (Pinel, 1992}

b) Hyperpolarisasi, yaitu potensial membran meningkat (misalnya dari -70mV menjadi -

72mV). Dalam peristiwa hyperpolarisasi ini axon berada dalam periode subnormal!

periode nisbi (nilai ambang naik, sehingga stimulasi harus lebih kuat lagi agar dapat

menimbulkan impuls). Kondisi ini disebut dengan Potensial Susulan Positif (positive

after potential/inhibitory postsynaptic potentials). Lihat gambar 3.8.

34

-65

-70

I I . I t

Stimulus

I I I

Milidetik

Gambar 3.8. Hyperpolarisasi (Pinel, 1992)

Excitatory dan Inhibitory postsynaptic potentials sarna-sarna merupakan respon yang

meningkatkan aktivitas neuron dan hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada bagian di

bawah ini.

Potensial postsynapsis muncul pada sinapsis tunggal dan hanya memiliki efek yang

terbatas dalam menimbulkan neuron postsynapsis yang lain. Efek yang timbul sangat

tergantung pada keseimbangan antara sinyal-sinyal excitatory dan inhibitory yang sampai

pada axon hillock (tempat pertemuan antara soma sel dan axon).

Bila jumlah depolarisasi dan hyperpolarisasi yang sampai di axon hillock mampu

mendepolarisasi membran (yaitu dalam kondisi melampaui ambang batas tegangan/threshold

of excitation, yaitu sekitar -65 mY), maka potensial aksi akan timbul di axon hillock.

Potensial aksi hanya terjadi sekitar 1milidetik dan akan mengubah membran potensial dari

-70mV menjadi +50mV. Potensial aksi ini sifatnya ada-atau-tidak Uadi bukan seperti

potensial susulan negatif dan potensial susulan positifyang sifat responnya membesar). Jadi

tidak bersifat setengah-setengah, ia hanya akan muncul oleh depolarisasi yang melampaui

ambang batasnya (lihat Gambar 3.9).

Efek dari munculnya potensial aksi adalah penambahan semua potensial postsynaptik

yang ada di neuron multipolar dan mengumpulkannya di axon hillock. Dari bagian ini akan

dibuat keputusan apakah impulsakandilanjutkanatau tidakdan hal tersebut sangattergantung

daripenjumlahanpotensialpostsynapsis yangada.Penggabunganataupenjumlahanpotensial

postsynapsis ini disebut dengan integration (integrasi).

Adadua macam penjumlahanpotensial postsynapsis, yaitu penjumlahan spatial (spatial

summation) dan penjumlahan temporal (temporal summation). Pada gambar 3.9. dapat kita

lihat peristiwa penjumlahan spatial, yaitu penjumlahan yang potensial postsynapsisnya

berasal dari 2 macam sinapsis. Neuron A dan B bersifat meningkatkan (excitatory);

sedangkan neuron C dan D bersifat menghambat (inhibitory). Bila potensial postsynapsis

neuron A dan B dijumlahkan, maka akan timbul impuls excitatory yang semakin besar,

demikian pula halnya dengan penjumlahan potensial postsynapsis neuron C dan D akan

meningkatkan impuls inhibitory, sedangkan penjumlahan antara impuls A dan C, akan

menimbulkan reaksi yang menetralkan.

35

~ oscilloscope

1. Penjumlahan dua buah postsynaptik excitatoris akan menimbulkan

efek excitatoris yang semakin besar

- 65 IA_

-70~

-65IB_

-70~

--7605~

- 75

- 65

b-c -70

-75

2. Penjumlahan dua buah postsynaptik inhibitoris akan menimbulkan

efek inhibitoris yang semakin besar

- 65~+D

- 70

- 75

3. Penjumlahan postsynaptikexcitatoris (A)dan postsynaptik inhibitoris (C)

akan saling menetralkan

- 65~+C

- 70

- 75

Gambar 3.9. Penjumlahan Spatial (Pinel, 1993)

Pada penjumlahan temporal, potensial postsynapsis yang dijumlahkan berasal dari

sinapsis yang sarna, contohnya dapat kita lihat pada gambar 3.10. Pada gambar tersebut

tampak bahwa sinapsis diAakan menimbulkanefek excitatory,sedangkan sinapsis diBakan

menimbulkan efek inhibitory. Bila pada Aterjadi potensial postsinapsis yang berturut-turut,

maka potensial postsinapsis yang kedua akan lebih besar daripada potensial postsinapsis

yang pertama. Demikian pula yang terjadi pada sinapsis B.

-65-70~

- - 75 .~-en

s:::

Q)

.......

o

~ -65

~

- 70

- 75

36

Postsynaptik excitatorisyang datang berturut-turutakan menimbulkan

efek exitatorisyang semakin besar

Postsynaptik inhibitorisyang datang berturut-turutakan menimbulkan

efek inhibitorisyang semakin besar

-70

B B B B

Gambar 3.10. Penjumlahan Temporal (Pinel, 1993)

c. TRANSMISI SINAPSIS: TRANSMISI KIMIA BERDASARKAN SINYAL-SINY AL

DARI NEURON YANG SA TU KE NEURON YANG LAIN

Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya adalah substansi kimia yang

dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan substansi transmitter

atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal button dengan membran dari

neuron penerima. Macam substansi transmitter ini akan menentukan efek pembangkitan

(excitatory) atau efek penghambatan (inhibitory).

37

...... -

0

.-2:

'8 1.

'---'

c

ro

I-<

- 65

"8

Q)

-70 -.

c

Q)

......

0

p..

1.

- 65

-70

A A

----.

A A

1. STRUKTURSINAPSIS

Pada gambar 3.11. tampak sebuah ilustrasi tentang sinapsis. Sitoplasma dalam terminal

button, terdiri dari pembuluh sinapsis (synaptic vesicles), yang terletak dekat dengan

membran pre-synaptic; mitokondria yang berfungsi sebagai sumber energi; dan cistern as

yang merupakan pembungkus dari neurotransmitter yang bentuknya seperti Badan Goigi di

sel-sel tubuh manusia. Selain bagian-bagian tersebut, membran presinapsis dan membran

postsinapsis adalah bagian penting dalam mekanisme transmisi synapsis.

Diantara membran presinapsis dan membran postsinapsis terdapat celah yang disebut

synaptic cleft, yang jaraknya tergantung tugas masing-masing neuron. Umumnya, lebar

celah ini adalah sekitar 200 A(A= angstroms,dimana1Asarna dengan 1/10.000 mm).

Dalam celah sinapsis ini terdapat cairan ekstrasel tempat substansi neurotransmitter akan

berdifusi.

Neurotransmitter diproduksi oleh soma sel dan dialirkan ke terminal button melalui

microtubules di sepanjang axon. Proses ini disebut dengan axoplasmic transport.

Membran postsinapsis merupakan membran yang paling tebal dibandingkan dengan

membran di bagian-bagian lain. Ia mengandungmolekul-molekul protein yang yang mampu

mendeteksi hadimya substansi transmitter di celah sinapsis dan selanjutnya mampu untuk

mengubahpotensialmembrandan terjadilahprosesyangakanmenghambatataumeningkatkan

aktivitas neuron penerima.

Penebalan di daerah

postsynapsis

Tabung-tabung mikro

(microtubules)

Serat-serat mikro

(microfilaments)

Tenn'"']

)

..

.

.

...

.

Button .....

Mitokondria

Cisterna (meIepaskan

pembuluh yang penuh

berisi neurotransmitter)

Membran Presinapsis

Pembuluh Sinapsis

.....

.. ".*....:. -. Celah Sinapsis

Gambar 3.11. Struktur Sinapsis (Pinel, 1993; Caison, 1992)

38

2. MEKANISME TRANSMISISINAPSIS

Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi neurokimia yang

berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters dan large-molecule

neurotrnsmitters.

a. Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan berkumpulnya substansi

kimia didalam cisterna yang akan disimpan di dekat membran presinapsis (membran

presinapsis kaya akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kalsium. Bila mendapat

stimulasi dari potensial aksi, saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++akan masuk

ke dalam button. Masuknya Ca++akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan

kontak dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya ke dalam celah sinapsis

(lihat gambar 3.12.). Proses ini disebut dengan exocytosis. Proses ini berlangsung pada

setiap kali stimulasi dari potensial aksi terjadi. Ia langsung menyampaikan pesan kepada

reseptor postsinapsis yang ada di sekitarnya (lokal).

b. Large-molecule Neurotransmitters. Proses exocytosis juga terjadi, namun untuk largemolecule

neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan akan berkumpul dalam

Badan Goigi dan dialirkan ke buttons melalui microtubules. Proses exocytosisnya tetap

sarna, namun bila small-molecule berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses

exocytosis large-molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya

juga tidak dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan ekstrasel dan

pembuluh darah. Oleh karena itu proses large-molecule ini biasanya terjadi pada reseptor

yang letaknya jauh dari proses exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas

pada neuron yang ada disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan.

Oleh karena itu proses large-molecule neurotansmitter umumnya lebih berfungsi sebagai

neuromodulator. Proses large-molecule diperlancar dengan bantuan proses-proses smallmolecule

(sebagai second messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator

memiliki peranan yang besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.

Membran

Postsinapsi

Terminal

Button

Gambar 3.12. Peristiwa Exocytosit (Pinel, 1993)

39

D. NEUROTRANSMITTER

Dalam peristiwa trasmisi, neurotransmitter yang dikeluarkan ada berbagai macam yang akan

menentukan proses yang berlangsung. Untuk proses small-molecule neurotransmitter,

substansi kimia yang dihasilkan adalah amino acid neurotransmitter dan monoamine

neurotransmitter. Untuk proses large-molecule neurotransmitter, substansi kimia yang

dihasilkan adalah peptide neurotransmitter. Selain dari pengelompokan di atas, masih ada

jenis neurotransmitter lain dalam proses small-molecule neurotransmitter, yaitu acetylcholine

yang dikelompokkan tersendiri (berbeda dengan kelompok amino acid neurotransmitter

dan monoamine neurotransmitter). Jadi ada sembilan neurotransmitter yang umum dikenal

(lihat gambar 3.13).

1. Aspartate

2. Glycine

3. GABA

4. Glutamate

I AMINO ACID / ASAM AMINO I

5. Dopamine

6. Neopinephrine

7. Epinephrine

8. Serotonin I

19. Acetycholine

CATHE COLA MINES

INDO LA MINE

MONOAMINES/

MONOAMIN

Gambar 3.13. Penggolongan Neurotransmitter yang Terlibat dalam

Proses Small-Molecule Neurotransmitter

1) Amino Acid Neurotransmitters, adalah substansi neurotransmitter dalam proses smallmolecule

neurotransmitter yang bekerja dengan sangat cepat, terarah dengan pasti di

sistem saraf pusat. Ada empat jenis neurotransmitter yang berfungsi dengan efektif,

yaitu glutamate, aspartate, glycine, dan gamma-aminobutyric acid (GABA). Ketiga

substansipertama lazimditemui dalammakananyangdikonsumsisehari-hari,sedangkan

GABA adalah substansi protein yang merupakan modifikasi proses sintesa sederhana

dari struktur glutamate. Glutamate diketahui sebagai substansi neurotransmitter yang

memiliki fungsi meningkatkan aksi (excitatory) di Susunan Saraf Pusat pada mamalia,

sedangkan GABA memiliki fungsi untuk menghambat aksi (inhibitory) meskipun

menurut penelitian terakhir;GABAjuga memilikiefek excitatorypada sinapsis-sinapsis

tertentu.

2) Monoamine Neurotransmitters, adalahsubstansi neurotransmitter lain yang digunakan

dalam proses small-molecule neurotransmitter. Setiap jenis monoamine disintesa dari

40

asam amino tunggal, bentuknya sedikit lebih besar, dan efeknya eenderung lebih

menyebar. Monoamine neurotransmitter, sebagian besar terdapat dalam kelompokkelompok

keeil neuron yang soma selnya terletak di batang otak. Neuron-neuron ini

umumnya memiliki eabang yang sangat banyak.

Ada empat jenis monoamine neurotransmitter, yaitu norepinephrine, epinephrine,

dopamine, dan serotonin. Keempatjenis itu dikelompokkan dalam dua kelompok besar

berdasarkan kesamaan struktur. Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine

dikelompokkan dalam cathecolamines. Tiap jenis neurotransmitter dalam kelompok

eatheeolamine disintesa dari asam amino yang bemama tyrosine. Tyrosine diubah

menjadi L-DOPA, L-DOPA kemudian diubah menjadi dopamine. Neuron yang

melepaskan norepinephrine memiliki enzim ekstra yang tidak dilepaskan. Enzim ini

akan mengubah dopamine menjadi norepinephrine yang lain. Demikian pula halnya

dengan neuron yang melepaskan epinephrine, ada enzim ekstra yang tidak dilepaskan,

dan enzim ini akan mengubah norepinephrine menjadi epinephrine yang lain (lihat

gambar 3.14).

Gambar 3.14. Proses Sintesa Cathecolamine dari Tyrosine

3) Acetylcholine. Acetylcholine (Ach) juga termasuk dalam substansi neurotransmitter

yangdilepaskandalam prosessmall-moleculeneurotransmitter.Proses pembentukannya

bukan berasal dari asam amino, melainkan dari penggabungan kelompok substansi

acetyl dengan molekul cholin. Acetylcholin adalah neurotransmitter yang terletak pada

pertemuan neuron-neuron otot, terutama pada sistem sarafotonom (bagian saraf otonom

yang lain dikendalikan oleh norepinephrine) dan juga pada sinapsis-sinapsis di sistem

sarafpusat.Acetylcholineakandinon-aktitkandieelah sinapsisdenganearapenghaneuran

oleh enzym acetylcholinesterase, sedangkan neurotransmitter dalam proses smallmolecule

neurotransmitter yang lain akan dinon-aktitkan dengan proses pengembalian

substansi ke dalam terminal button.

41

4) Neuropeptides. Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter

(lihattabel3 .1.).Daftar peptida ini semakinpanjang dengan ditemukannya

putative neurotransmitter (diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter

berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan secara langsung).

Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam fungsinya sebagai

neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini mula-mula

dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon

peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa

peptida dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak, namun saat

ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter,

dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.

PEPTIDAPITUITARY

Cortocotropin

Horman Pertumbuhan

Lipotropin

Horman

a -Melanocyt Stimulating

Oxytocin

Prolactin

Vasopressin

PEPTIDA HYPOTHALAMIC

Horman pelepas -

Horman Luteinizing

Somatostatin

Horman pelepas -

Thyrotropin

PEPTIDA DI USUS (GUT)

Cholecystokinin

Gastrin

Motilin

Pancreatic Polypeptide

Secretin

Substasi P

Vasoactive intestinal

polypeptide

Dynorphin

B-Endorphin

Met Enkephalin

Leu Enkephalin

MACAMPEPTmALAIN

Angiotensin

Bombesin

Bradykinin

Carnosine

Glucagon

Insulin

Neuropeptide Y

Neurotensin

Proctolin

TabeI3.1. Jenis-jenis Peptida yang Beifungsi sebagai Neurotransmitter

E. PENGARUH OBAT-OBATAN TERHADAP TRANSMISI SINAPSIS

Obat -obatan memiliki dua efek dasar terhadap proses transmisi sinapsis, yaitu menghambat

(inhibitory); atau meningkatkan aktivitas (excitatory). Obat-obatan yang meningkatkan

aktivitas proses sinapsis disebut sebagai agonist dari neurotransmitter yang berperan dalam

proses sinapsis tersebut, sedangkan obat-obatan yang menghambat aktivitas proses sinapsis

disebut sebagai antagonist dari neurotransmitter yang bersangkutan dalam proses sinapsis

tersebut.

Gambar 3.15 menunjukkan proses transmisi sinapsis yang umum terjadi. Proses tersebut

berlangsung dalam 7 tahap sebagai berikut: (1) Molekul neurotransmitterdisintesa/diproduksi

oleh substansi-substansi kimia dalam sitoplasma dengan bantuan enzym-enzym tertentu; (2)

Molekul-molekul tersebut kemudian disimpan pada kelenjar sinapsis (synaptic vesicles); (3)

42

Molekul neurotransmitter yang keluar dari synaptic vesicle karena suatu kebocoran, akan

dihancurkan oleh enzym-~nzym disekitarnya; (4) Bila terjadi potensial aksi di synaptic

button, vesicle akan bersentuhan denganmembran presinapsis dan molekul neurotransmitter

dilepaskan ke celah sinapsis; (5) di celah synapsis, molekul neurotransmitter yang tidak

mengikatkan diri pada reseptor di membran presinapsis (karena neurotransmitter yang

dilepaskan sudah cukup untuk meneruskan impuls) akan masuk kembali ke dalam synaptic

vesicles yang melepaskannya (autoreceptor) dan sekaligus menghambat pelepasan neurotransmitter;

(6)Neurotransmitter yang sampaipada reseptor di membran postsinapsis akan

meneruskan aktivitas sesuai dengan pesan yang dibawanya; (7) proses neurotransmitter ini

akhimya berhenti; baik karena mekanisme penarikan neurotransmitter ke synapsis vesicles

maupun olehenzim-enzim di celah sinapsisyang memecahmolekul-molekul neurotransmitter

ini menjadi substansi yang tidak digunakan lagi.

TUJUH TAHAP PROSES

NEUROTRANSMITTER

4 Bila impuls datang, pembuluh akan

bersentuhan dengan membranpresinapsis

dan melepaskan neurotransmitter 5 Neutransmitter yang berlebih akan

masuk kembali ke dalam pembuluh

sinapsis, sekaligus akan menghambat

3 pelepasan neurotransmitter Neurotransmitter yang keluar dari

pembuluh sinapsis karena adanya

kebocoran akan dinetralisiroleh enzym

2 Molekul-molekul disimpan

dalam pembuluh sinapsis

Proses pelepasan neurotransmitter

akan berhenti karena

penetralan oleh enzym dan

proses autoreseptor

Pelepasan neurotransmitter

akan mengaktifkan reseptorreseptor

di membran postsinapsis

1 Neurotransmitterdisintesaoleh

substansi-substansi kimia

dalam sitoplasma dengan

bantuanenzym-enzym tertentu

ENZYM-ENZYM

YANG

MENSINTESA

MOLEKUL

NEUROTRANSMITTER

Gambar 3.15. Tujuh Tahap Proses Neurotransmitter (Pinel, 1993)

43

1. Mekanisme Efek Obat-obatan Agonistik

Efek obat-obatan Agonistik berperan dalam 6 tahap proses neurotransmitter di atas, yaitu

proses 1, 3,4, 5, 6, 7. Untuk keterangan lebih lanjut, perhatikan gambar 3.16. di bawah ini.

ENAMTAHAPPROSES NEUROTRANSMITTER

YANG TERPENGARUH OLEH SUBSTANSI

AGONISTIK

4 Obat-obatan agonistik akan meningkatkan

jumlah neurotransmitter

yang dilepaskan ke celah sinapsis 5 Obat-obatan agonistik mengikat

dan memblokir aktivitas autoreseptor

SUBSTANSI

, PEMBENTUK

ENZYM-ENZYM

YANG

MENSINTESA

3 Obat-obatan agonistik akan meningkatkan

jumlah neurotransmitter

dengan menghancurkan enzym

,enetral

Obat-obatan agonistik mempengaruhi

reseptor di membran

presinapsis sehingga efek neurotransmitter

akan meningkat

1 I

I I

I I

r-

1 Obat-obatan agonistikakan meningkatkan

sintesa neurotran.rmitte r (caranya dengan

meningkatkanjumlahsubtansi pembentuk

neurotransmitter atau precursor)

7 Obat-obatan agonistik memblokir

proses penghentian

pelepasan neurotransmitter

dengan cara menghalang

proses autoreseptordan proses

penetralan

PEMBULUH

AUTORESEPTOR

Gambar 3.16. Proses Neurotransmitter yang Dipengaruhi Obat-obatan Agonistik

(Pinel, 1993)

2. Mekanisme Efek Obat-obatan Antagonistik

Obat-obatan terbukti memiliki pengaruh antagonistik dalam 5 tahap proses neurotransmitter.

Mekanisme antagonistis yang mempengaruhi 5 tahap neurotransmitter dilihat pada

gambar 3.18 di bawah ini. Obat-obatan yang menimbulkan efek antagonistik terjadi dengan

cara mengikat reseptor postsynapsis dan memblocking neurotransmitter yang akan keluar.

Kondisi ini sering disebut denganfalse transmitter (transmitter palsu).

44

LIMA TAHAPPROSES NEUROTRANSMITTER

YANG TERPENGARUH OLEH SUBSTANSI

ANTAGONISTIK

SUBSTANSI

PEMBENTUK

ENZYM-ENZYM MOLEKUL

YANG NEUROMENSINTESA

TRANSMITTER

4 Obat-obatan antagonistik menghambat

pelepasan neurotransmitter ke celah

sinapsis

Obat-obatan antagonistik akan sangat

mengaktifkan proses autoreseptor

1 .

II _ _ _ _ _ _ ._ \ '\ _ _ _ _I

Obat-obatan antagonistik akan

mempengaruhi reseptor di membran

postsinapsis sehingga membran

seolah-olah sudah menerima neurotransmitter

yang dikirimkan (false

transmitter)

2 Obat-obatan antagonistik akan menyebabkan

neurotransmittermudah bocor dan keluar f:\

dari pembuluh-pembuluh neurotransmitter I \: \

\\

\\

\ 1 Obat-obatan antagonistik akan

memblokir sintesa neurotransmitter

(caranya dengan menghancurkan

enzym-enzym yang mensintesa neurotransmitter)

1 ,

L-r-'- - - - - ~ " ,' ,, /

PEMBULUH

AUTORESEPTOR

RESEPTOR

POSTSINAPSIS

Gambar 3.17. Proses Neurotransmitter yang Dipengaruhi Obat-obatan Antagonistik

(Pinel,1993)

3. Beberapa Contoh Efek Agonistik dan Antagonistik

Dalam dunia medis dikenal berbagai macam obat-obat yang memiliki efek agonistik dan

antagonistik, namun pada bagian ini hanya akan diperkenalkan 4 macam obat. Dua macam

obat yang memberi efek agonistik adalah morphine dan benzodiazepin; dan obat yang

memberi efek antagonistik adalah atropine dan d-tubocurarine.

1) Morphine. Salah satu jenis yang dikenal adalah opium yang didapatkan dari ekstrak

bunga opium. Opium telah lama digunakan sebagai penimbul efek rasa gembira

(euphoria) selain digunakan sebagai campuran obat-obatan untuk mengurangi rasa

sakit, obat batuk dan obat diare.

Zat yang aktif dalam opium disebut morphine (dinamakan berdasarkan nama Dewa

Mimpi; Morpheus). Morphine bereaksi dengan mengaktifkan reseptor di otak yang

45

secaranormal distimulasi oleh golongan neuropeptida yang disebut endorphins (lihat

tabeI3.1.), sehingga dapat dikatakan bahwa morphine adalah agonist dari endorphin.

Sebutan endorphine juga sering digunakan untuk menyebut substansi-substansi sejenis

morphine yang secara alami diproduksi oleh otak

2) Benzodiazepine. Chlordiazepoxide (dijual dengan label Librium) dan diazepam (dijual

dengan label Valium) masuk dalam kelas obat-obatan benzodiazepine. Benzodiazepin

memiliki efekanxiolytic (pengurang kecemasan), sedative (menimbulkan rasamengantuk

atau ingin tidur) dan anticonvulsant (anti kejang). Efek anti kecemasan yang ditimbulkan

benzodiazepin berlangsung dengan efek agonist bagi substansi GABA. Benzodiazepin

mengikat sebagian reseptor substansi GABA tapi efek agonisnya tidak dapat

mempengaruhi aktivitas GABA. Artinya benzodiazepin tidak menghentikan sarna

sekali reaksi GABA tetapi hanya menghambat saja. Umumnya benzodiazepin mengikat

GABA di amygdala; yaitu bagian otak yang banyak berperan dalam emosi dan aktivitas

lobus temporal

3) Atropine. Sejak zaman dahulu, obat-obatan banyak yang dihasilkan oleh ekstrak

tumbuh-tumbuhan. Contohnya ekstrak tanaman belladonna (belladonna =perempuan

cantik) di zaman Hippocrates yang banyak digunakan untuk menyembuhkan sakit perut

dan membuat mereka tambah menarik, selain itu efek dari ekstrak belladonna adalah

efek dilatasi pada pupil (pupil menjadi membesar). Kondisi pupil yang membesar bagi

sebagian besar wanita Yunani zaman itu dianggap menjadi salah satu daya tarik mereka.

Zat aktif dalam ekstrak belladonna adalah atropine yang memberikan efek antagonis

dengan cara mengikat reseptor acetylcholine tertentu, yaitu muscarinic receptors

(reseptor muskarinik). Sambil mengikat muscarinic reseptor, ia juga bertindak sebagai

substansi neurotransmitter palsu sehingga menghambat efek acetylcholine di tempat

terse but. Efek perusak (kelebihan dosis) dari atropine di otak, tampakjelas pada kasus

Alzheimer's Disease, yaitu hilangnya fungsi mengingat pada diri seseorang

4) d- Tubocurarine. Indian di Amerika Selatan sering menggunakan curare, yaitu ekstrak

dari kayu vines untuk membunuh lawannya. Zat aktif dalam curare adalah d-turbocurarine

yangjuga bertindak sebagai substansi neurotransmitterpalsu di sinapsis cholinergic tetapi

ia tidak mempengaruhi reseptor muscarinic, tetapi mempengaruhi nicotinic receptors.

Dengan mengikat reseptor nicotinic, d-turbocurarine membloking transmisi sarafke otototot

gerak. d-turbocurarine tidak hanya membloking transmisi, tetapi dalamjumlah yang

besar (over dosis) dapat menghentikan gerakan organ-organ internal sehingga terjadi

hambatan dalam respirasi yang akhirnya dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu

apabila dalam suatu operasi digunakan d-turbocurarine untuk membius pasien, maka

mesin respirasi harus tetap dipasangkan pada pasien untuk membantunya bernafas

F. PERBEDAAN KONDUKSI NEURAL DAN TRANSMISI SINAPSIS

Pada mulanya studi tentang konduksi neural dan transmisi sinapsis hanya difokuskan pada

neuron motorik dan pertemuannya dengan neuron-neuron otot (efektor). Hal ini dilakukan

karena neuron motorik cenderung lebih besar dan sederhana sehingga lebih mudah untuk

diamati.

46

Dua dekade ini, penelitian sudah difokuskan pada neuron-neuron di otak sejalan dengan

peralatan observasi yang semakin canggih. Konduksi neural dan transmisi sinapsis yang

terjadi di otak, pada prinsipnya juga memiliki tahapan proses seperti yang berlangsung di

neuron motorik, namun sebagian besar melalui proses yangjauh lebih rum it. Pada bagian ini

kita tidak akan membicarakan proses yang rumit, tetapi sebatas pada prinsip-prinsip umum

dari konduksi neural dan transmisi sinapsis.

1) Tidak Semua Neuron Memiliki Axon dan Melakukan Transmisi Potensial Aksi.

Secara umum kita mengenal bentuk neuron dengan axon yang panjang, tetapi pada

kenyataannya tidak semua neuron memiliki axon seperti neuron-neuron di sistem saraf

pusat mamalia, terutamaneuron-neuron yang berperan dalam aktivitas belajar, mengingat,

motivasi, dan persepsi. Potensial aksi adalah alat dimana pesan-pesan neural disampaikan

melalui axon, sehingga neuron yang tidak memiliki axon otomatis tidak akan melakukan

transmisi potensial aksi, mereka bekerja menyampaikan pesan melalui proses yang

sangat rumit yang tidak akan dijelaskan pada bagian ini.

2) Tidak Semua Sinapsis Antar Neuron Berbentuk Axodendritic atau Axosomatic.

Sinapsis axodendritic adalah sinapsis antara button terminal dari axon pengirim dengan

dendrit dan neuron penerima dan sinapsis axosomatic adalah sinapsis yang berlangsung

antara terminal button di axon pengirim dan soma sel neuron penerima). Selain kedua

macam sinapsis tersebut, masih ban yak berbagai jenis sinapsis yang lain. Terminal

button dapat melakukan sinapsis di axon neuron penerima; batang axon kadang-kadang

juga melakukan kontak sinapsis secara langsung dengan denderit atau axon dari neuron

yang lain; selain itu dendrit juga dapat mentransmisi sinyal dengan bersinapsis ke dendrit

atau axon yang lain. Selain itu juga perlu dingat bahwa sinapsis tidak hanya berlangsung

searah, tetapi dapat berlangsung timbal balik, yaitu sinapsis yang disebut dengan

dendrodendritic synapses; kondisi ini umumnya terjadi di jendalan kecil dendrit yang

disebut dendritic spine. Selain itu masih ada bentuk axoaxonic synapses, yaitu sinapsis

yang bertujuan sebagai perantarapresynapsis inhibition. Gambar 3.19 di bawah ini akan

menunjukkan perbedaan utama antara presynapsis inhibition (hambatan presinapsis)

seperti pada axoaxonic synapses dan postsynapsis inhibition (hambatan postsinapsis),

yaitu bahwa hambatan postsinapsis mengurangi respon neuron terhadap semua input

sinapsis, sedangkan hambatan presinapsis mengurangi respon neuron dengan cara

memilih secara selektif input (sinapsis) yang boleh berlangsung.

3) Sebagian Besar Neuron Melepaskan Lebih dari Satu Substansi Neurotransmitter.

Neuron motorik hanya melepaskan satu substansi neurotransmitter, yaitu acetylcholine;

oleh karena itu sebelumnya para ahli menyimpulkan bahwa setiap neuron hanya

melepaskan satu jenis substansi neurotransmitter. Prinsip tersebut dikenal dengan

Dale's Principle, tetapi sejak penemuan jenis-jenis neuropeptida, maka prinsip Dale

tersebut tidak berlaku lagi. Sebuah neuron yang memproduksi lebih dari satu substansi

neurotransmitter disebut dengan coexistence

4) Tidak Semua Sinapsis Berproses Secara Langsung. Pertemuan neuron motorik

dengan neuron otot adalah sinapsis yang berproses secara langsung. Tetapi ada sinapsis

yang berlangsung dengan perantaraan aliran darah (karena letak reseptor tujuan terlalu

47

----

HAMBATAN PRESYNAPSIS

Dalam hambatan presinapsis, impuls dari neuronBakan

menghambat efek axcitatory neuron

A terhadap neuron C dengan cara melakukan

depolarisasi pada sebagian impuls yang dibawa

neuronA sehingga potensial aksi yang mengalir

di A akan lebih redah dan pelepasan

neurotransmitternya di C akan menjadi lebih

sedikit.

HAMBA TAN POSTSYNAPSIS

Dalam hambatan postsinapsis, impuls dari

neuronBakan menghambat efek excitatory

dari impuls neuron A atau dari neuron lain

yang membawa efek excitatory pada neuronC.

Caranyadengan menghiperpolarisasi

neuron C.

Gambar 3.18. Perbedaan Hambatan Postsynapsis dan Hambatan Presinapsis

(Pinel, 1993)

jauh dari tempat substansi neurotransmitter dilepaskan). Contohnya seperti substansi

monoaminergicneuronssepertigambar3.20dibawahini.Selainitu,sistemneuroendokrin

adalah sistem sinapsis yang berproses tidak secara langsung; ia melepaskan substansi

neurotransmitemya langsung ke dalam aliran darah dan sepanjang perjalanan menuju

reseptor tujuan ia akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang dilaluinya.

5) Setiap Neurotransmitter Memiliki Lebih dari Satu Macam Reseptor. Setiap neurotransmitter

dapat mengikatkan diri pada lebih dari satu jenis reseptor. Jenis-jenis

reseptor yang sudah anda kenaI adalah reseptor nicotinic dan reseptor muscarinic.

Reseptor nicotinic adalah reseptor cholinergic yang mengikat zat nicotine, dan reseptor

muscarinic adalah rcseptor cholinergic yang mengikat zat muscarine. Semua reseptor

yang sinapsis motorik adalah reseptor nicotinic dan reseptor di organ-organ tubuh yang

dikendalikan oleh sistem saraf parasimpatetik adalah reseptor muscarinic. Reseptor

muscarinic dan nicotinic dapat ditemukan pada sistem saraf pusat.

48

Pelepasan berbagai

Neurotransmitter substansi neurotransmitter

Gambar 3.19. Sinapsis Substansi Monoamine Yang Berproses

Tidak Secara Langsung

(Pinel,1993)

6) Tidak Semua Sinapsis Berlangsung Secara Kimiawi. Transmisi pada beberapa

sinapsis, disebut gap junctions, lebih bersifat elektrik daripada kimiawi. Gap Junctions

adalah sebuah celah yang sempit (sekitar 2 nanometers; dibandingkan celah sinapsis

umum yang lebamya sekitar 30 nanometer). Karena celahnya yang sempit maka aliran

aksi dapat langsung diteruskan tanpa perantara neurotransmitter. Kondisi ini banyak

ditemukan pada organisme yang kelasnya lebih rendah daripada mamalia.

7) Tidak Semua Neuron Berada dalam Kondisi Membran Tenang Bila Tidak

Distimulasi. Neum motorik akan berada pada kondisi membran tenang apabila tidak

distimulasi, tetapi neuron-neuron dalam sistem saraf pusat tidak demikian. Aktivitas

neuron-neuron di otak berlangsung secara kontinyu melalui interval tertentu dan

sifatnya spontan tanpa harus distimulasi. Oleh karena itu dapat dipahami mengapa bila

terjadi sinapsis penghambat pada sistem saraf pusat, maka hambatan itu akan merata

keseluruh bagian sistem saraf pusat.

49

TES KERJAOTAK(3)

1. Peristiwa dan adalah dua

kekuatan yang saling berlawanan tetapi dapat menyebabkan munculnya potensial

membran.

2. Kondisi tidak menyebabkan perbedaan potensial

3. Kondisi menyebabkan munculnya perbedaan potensial

pada membran sel

4. Potensial Susulan Negatif akan terjadi apabila potensial membran ...............................

5. Potensial Susulan Positif akan terjadi apaqila potensial membran .................................

6. adalah perantara komunikasi antara neuron melalui sinapsis.

50


read more